Sofia, Bulgaria – Untuk pertama kalinya dalam sejarah politik Eropa, sebuah pemerintahan secara resmi runtuh menyusul gelombang demonstrasi besar-besaran yang dimotori oleh Generasi Z (Gen Z). Perdana Menteri Bulgaria, Rosen Zhelyazkov, mengumumkan pengunduran diri kabinetnya di Parlemen pada Kamis (11/12/2025), menandai kemenangan politik Gen Z atas elit politik yang dituding korup dan mementingkan diri sendiri.
BACA JUGA : Analisis Pajak Tahunan Honda Step WGN e:HEV: Beban Pajak Setara MPV 2.500 cc
Pengunduran diri ini bukan merupakan insiden terisolasi, melainkan bagian dari tren global di mana Gen Z menjadi motor utama aksi protes di berbagai negara, termasuk Bangladesh, Nepal, Kenya, dan Madagaskar.
Pemicu Protes: Anggaran Kontroversial dan Korupsi yang Mengakar
Pemicu langsung demonstrasi Gen Z di Bulgaria adalah rencana anggaran pemerintah untuk tahun 2026. Anggaran tersebut mencakup peningkatan belanja negara yang dicurigai oleh para kritikus akan semakin memperkuat kendali politisi korup atas institusi-institusi negara.
Namun, isu utamanya adalah korupsi yang telah mendarah daging. Bulgaria, meskipun telah menjadi anggota Uni Eropa sejak 2007, secara konsisten dicap sebagai salah satu anggota Uni Eropa paling korup oleh Transparency International. Kemarahan publik dipicu oleh kegagalan sistem hukum Bulgaria menjatuhkan vonis tingkat tinggi terhadap kasus-kasus korupsi besar dalam beberapa tahun terakhir. Elit politik dipandang telah terputus dari kesulitan yang dihadapi rakyat jelata, memicu rasa muak yang meluas.
Demonstrasi memuncak pada Rabu (10/12/2025) malam, ketika puluhan ribu orang turun ke jalan di Sofia dan kota-kota lain, melanjutkan rentetan protes yang telah berlangsung selama berminggu-minggu.
Kekuatan Sipil Digital dan Pengakuan Perdana Menteri
Gen Z, yang dimobilisasi secara efektif melalui platform digital seperti TikTok dan media sosial lainnya, memimpin barisan dengan poster-poster provokatif bertuliskan “Gen Z Akan Datang” dan “Gen Z vs Korupsi”.
Martin Vladimirov, direktur program geoekonomi di Center for the Study of Democracy, mencatat bahwa protes ini menunjukkan kekuatan sipil yang signifikan dari generasi muda untuk menentang arogansi elit politik dan ekonomi yang sudah mengakar.
Dalam pernyataan pengunduran dirinya, PM Zhelyazkov mengakui bobot tuntutan masyarakat, mengutip peribahasa Latin yang kuat: Vox populi, vox dei – suara rakyat adalah suara Tuhan. “Kita harus bangkit untuk memenuhi tuntutan mereka, dan tuntutan mereka adalah pengunduran diri pemerintah,” tegas Zhelyazkov di Parlemen.
Krisis Politik dan Implikasi Geopolitik
Mundurnya Zhelyazkov menandai berakhirnya kabinet pro-Uni Eropa yang baru menjabat sejak Januari. Meskipun Bulgaria, negara Balkan berpenduduk sekitar 6,5 juta jiwa, dijadwalkan untuk beralih menggunakan mata uang euro pada 1 Januari, rencana tersebut dipastikan akan terus berlanjut di tengah krisis politik yang memanas.
Pengunduran diri ini memperpanjang ketidakstabilan politik historis di Bulgaria, yang telah melalui tujuh kali pemilihan parlemen dalam empat tahun terakhir. Berakhirnya masa jabatan Zhelyazkov hampir pasti memicu pemilihan umum dalam beberapa bulan mendatang, berpotensi mengubah lanskap geopolitik dan arah kebijakan luar negeri negara tersebut.
Tokoh kunci yang diperkirakan akan mengambil keuntungan dari situasi ini adalah Presiden Rumen Radev. Radev, seorang mantan pilot angkatan udara yang dikenal kritis terhadap dukungan Barat terhadap Ukraina, merupakan kepala negara terpilih dan politisi paling populer. Ia dikabarkan sedang mempertimbangkan pembentukan partai politiknya sendiri untuk memanfaatkan krisis ini.
Kemenangan Gen Z di Bulgaria menjadi sinyal kuat bahwa generasi muda tidak lagi pasif dalam menghadapi kegagalan tata kelola dan korupsi, serta siap menggunakan kekuatan digital untuk menantang struktur kekuasaan lama.



