Phnom Penh – Eskalasi konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan telah mencapai titik kritis. Merespons situasi tersebut, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh mengeluarkan imbauan resmi kepada seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Kamboja untuk menghindari perjalanan ke beberapa provinsi yang menjadi zona dampak konflik.
BACA JUGA : Eskalasi Konflik Thailand-Kamboja: 10 Tewas, 140.000 Warga Mengungsi
Dalam imbauan yang dirilis melalui akun resmi Instagram KBRI pada Senin (8/12/2025), terdapat tiga wilayah yang diidentifikasi sebagai zona berisiko tinggi akibat pertempuran. Ketiga provinsi tersebut adalah Preah Vihea, Oddar Meanchey, dan Banteay Meanchey.
KBRI Phnom Penh meminta WNI untuk tetap tenang dan selalu mengikuti perkembangan serta arahan yang dikeluarkan oleh otoritas setempat. “KBRI Phnom Penh akan terus memantau perkembangan situasi dan semakin mengintensifkan komunikasi dengan komunitas WNI di berbagai provinsi di Kamboja,” demikian bunyi pernyataan resmi tersebut.
Bentrokan Paling Mematikan Sejak Juli
Konflik perbatasan ini diketahui meletus kembali sejak Senin (8/12/2025). Pertempuran antara militer kedua negara dilaporkan sebagai yang paling mematikan sejak bentrokan lima hari pada Juli 2025. Dilaporkan AFP, insiden terkini ini telah menewaskan sedikitnya 15 orang, termasuk warga sipil, dan memicu gelombang pengungsian besar-besaran yang mencapai lebih dari 500.000 warga.
Perselisihan ini berakar pada sengketa garis batas sepanjang 800 kilometer yang ditetapkan pada era kolonial Prancis. Kedua belah pihak sama-sama mengklaim kepemilikan atas sejumlah kecil kuil bersejarah di sepanjang perbatasan.
Tudingan Serangan dan Jam Malam Militer
Perluasan konflik kini telah menjangkau lima provinsi baik di sisi Thailand maupun Kamboja. Kedua negara saling menyalahkan atas munculnya kembali kekerasan tersebut.
Kementerian Pertahanan Kamboja, dalam pernyataannya, menuding pasukan Thailand melancarkan serangan pada Kamis pagi dengan menembaki area sekitar Kuil Khnar di Provinsi Preah Vihea. Sementara itu, di sisi perbatasan Thailand, militer mengumumkan pemberlakuan jam malam ketat, yaitu mulai pukul 19.00 hingga 05.00, di beberapa wilayah Provinsi Sa Kaeo.
Militer Thailand juga melaporkan bahwa pasukan Kamboja menembakkan roket pada Rabu pagi, yang sasarannya jatuh di sekitar Rumah Sakit Phanom Dong Rak, Provinsi Surin. Insiden penyerangan fasilitas publik seperti rumah sakit menunjukkan tingkat eskalasi konflik yang mengkhawatirkan.
Jalan Buntu Negosiasi
Meskipun pertempuran terus terjadi, Kamboja menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi kapan pun dengan Thailand demi menghentikan permusuhan.
“Katakanlah satu jam dari sekarang, kedua belah pihak sepakat untuk berunding dan kemudian memulai komunikasi. Itu akan menjadi ide yang sangat bagus,” ujar penasihat senior Perdana Menteri Kamboja, Hun Mat, dikutip oleh Reuters.
Namun, Hun Mat menegaskan bahwa Kamboja enggan menjadi pihak pertama yang memulai proses negosiasi. Menurutnya, diperlukan niat baik dan kesepakatan bersama dari kedua belah pihak untuk menghentikan perang yang ia gambarkan sebagai “permainan yang merugikan semua pihak.”
“Kedua negara akan selalu bertetangga, jadi sebaiknya kita mencapai konsensus,” tambahnya.
Di sisi lain, respons dari Menteri Luar Negeri Thailand memperlihatkan adanya kebuntuan diplomatik. Thailand menuntut Kamboja untuk menunjukkan ketulusan dan mengambil langkah pertama guna meredakan ketegangan. Thailand juga secara tegas mengesampingkan opsi mediasi yang melibatkan pihak ketiga dari luar kawasan.
Sikap saling tunggu ini dikhawatirkan akan memperpanjang konflik dan meningkatkan jumlah korban jiwa serta pengungsi di wilayah perbatasan.



