Lithuania, negara anggota NATO dan Uni Eropa, berada di ambang penetapan situasi darurat nasional sebagai respons terhadap eskalasi insiden balon-balon penyelundup yang berasal dari Belarus. Balon-balon ini telah secara signifikan mengganggu operasional penerbangan sipil, memaksa penutupan bandara, dan dianggap sebagai bagian dari perang hibrida oleh Vilnius.
Perdana Menteri Lithuania, Inga Ruginiene, pada Jumat (5/12/2025), mengonfirmasi bahwa pemerintah tengah mempersiapkan pengumuman status darurat tersebut.
“Saat ini kami sedang menyiapkan dasar hukum dan dokumennya,” kata PM Ruginiene kepada wartawan, dikutip dari AFP.
Penetapan status darurat ini merupakan langkah mendesak dan signifikan. Konsekuensinya, pemerintah pusat dan otoritas lokal akan memiliki kewenangan untuk mengalokasikan sumber daya tambahan secara cepat guna mengatasi dan memerangi serbuan balon yang disebut sebagai serangan terhadap kedaulatan udara sipil. PM Ruginiene menambahkan bahwa pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut di masa depan.
BACA JUGA : Jeratan Calo dan Penipuan: Skandal SDUWHV Renggut Mimpi Ribuan Anak Muda Indonesia
Serangan Terang-terangan Terhadap Penerbangan Sipil
Para pejabat Lithuania mengklaim bahwa balon-balon yang terbang hingga ketinggian 10 kilometer (sekitar 33.000 kaki) ini sengaja diluncurkan ke jalur penerbangan. Balon-balon ini membawa muatan rokok selundupan, tetapi penempatan dan intensitasnya dianggap sebagai tindakan provokatif.
Akibat peningkatan insiden ini dalam beberapa bulan terakhir, dua bandara terbesar Lithuania, yaitu Bandara Internasional Vilnius dan Bandara Kaunas, berulang kali dipaksa menghentikan operasi mereka demi keselamatan penerbangan. Meskipun penggunaan balon untuk penyelundupan sudah lama terjadi, peningkatan drastis yang mengancam keamanan udara sipil baru-baru ini telah mengubahnya menjadi krisis keamanan nasional.
Eskalasi Perang Hibrida Baltik
Lithuania telah lama menuduh Belarus—sekutu dekat Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin—melakukan perang hibrida terhadapnya. Aktivitas ini mengalami peningkatan tajam sejak Oktober 2025 dan memicu serangkaian tindakan saling balas di perbatasan:
- Lithuania: Menutup dua lintasan perbatasan penting dengan Belarus.
- Belarus: Membalas dengan melarang truk-truk Lithuania beroperasi di jalanannya, bahkan melarang truk-truk tersebut meninggalkan Belarus tanpa membayar biaya tertentu.
Tindakan balasan dari Minsk ini dikecam keras oleh Lithuania, yang menuduh warganya (para pengemudi truk) disandera oleh Belarus. Saat ini, ribuan truk Lithuania dilaporkan masih tertahan di Belarus.
Di tengah ketegangan ini, Minsk sempat menyerukan konsultasi dengan Kementerian Luar Negeri Lithuania. Namun, alih-alih merespons dengan diplomasi, Lithuania justru memilih jalur konfrontasi yang lebih tegas dengan menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Belarus di tingkat internasional, menekankan perlunya respons kolektif dari Uni Eropa dan NATO terhadap ancaman hibrida ini.



