Ironi di Jantung Ibu Kota: Puluhan Tahun Terabaikan, Jalan Tanah Berdebu di Karet Menanti Aspal
Nasional

Ironi di Jantung Ibu Kota: Jalanan Tanah Berdebu di Karet, Jakarta Pusat, Tak Pernah Diaspal Puluhan Tahun

Kisah ironis membayangi kawasan Karet, Jakarta Pusat, di mana sebuah permukiman di tengah kilauan pusat bisnis masih bergelut dengan kondisi jalan yang terbelakang. Warga Kampung Karet Pasar Baru 1, Karet, nyaris tidak mengenal permukaan aspal di depan rumah mereka, meskipun wilayah tersebut dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit dan pusat komersial.

Jalanan yang menjadi akses utama permukiman yang berlokasi persis di samping Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak itu hanyalah bentangan tanah berbatu. Kondisi ini menciptakan pemandangan kontras yang menyakitkan: jalanan yang berdebu tebal saat musim kemarau, dan berubah menjadi lumpur becek yang menyulitkan mobilitas saat hujan tiba.

BACA JUGA : Jakarta Dinobatkan sebagai Kota Terpadat Dunia oleh PBB, Wagub Rano Karno Terkejut

Warisan Lahan Bekas Pemakaman

Berdasarkan penuturan warga setempat, kondisi jalanan ini memiliki latar belakang sejarah. Awalnya, jalan tersebut merupakan lahan bekas pemakaman yang sempat dipugar pada tahun 1993. Namun, sejak pemugaran tersebut, tidak pernah ada sentuhan perbaikan signifikan apalagi pengaspalan jalan.

“Memang jalannya tanah begini. Kalau hujan becek, kalau musim kemarau debunya banyak,” tutur Khalifa (55), seorang pedagang yang telah menetap di lokasi itu selama 35 tahun.

Senada dengan Khalifa, Sobari (55), warga lainnya, mengonfirmasi bahwa kondisi ini sudah menjadi kenyataan hidup mereka selama puluhan tahun. “Sudah puluhan tahun, kami warga sudah terbiasa,” ujar Sobari. Ia menambahkan, saat kemarau, debu jalanan sering kali masuk hingga ke dalam rumah, sementara saat musim hujan, jalanan berganti rupa menjadi genangan lumpur.

Ancaman Gangguan Pernapasan

Dampak paling serius dari kondisi jalanan ini adalah ancaman kesehatan bagi warga. Permukiman yang berada persis di tepi Jalan Karet Pasar Baru Barat tersebut rentan terpapar partikel debu yang berlebihan, memicu gangguan pernapasan. Sobari menyebut, batuk berkepanjangan bukan lagi hal asing bagi penduduk sekitar.

“Ya kalau batuk-batuk sering. Tapi karena sudah terbiasa, mungkin warga sudah tidak terlalu memikirkannya,” kata Sobari, menunjukkan tingkat kepasrahan warga terhadap masalah kronis ini.

Titik Terang Setelah Puluhan Tahun

Meskipun pengajuan perbaikan jalan sudah sering disampaikan oleh warga dan pengurus RT/RW setempat ke pemerintah, harapan baru baru muncul pada pertengahan November lalu. Setelah melalui proses penantian yang panjang, akhirnya Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, mengunjungi langsung lokasi tersebut.

“Dari pihak RT, RW, dan kecamatan sudah sering mengajukan perbaikan ke pemerintah kota,” kata Sobari. “Hanya saja baru tahun ini berhasil mendapat perhatian. Mungkin karena pengaruh anggaran juga ya. Kemarin sudah dikunjungi Pak Wali, pas pertengahan November lalu.”

Kunjungan pejabat tinggi kota ini seolah menjadi titik terang bagi warga Kampung Karet Pasar Baru 1. Mereka berharap, setelah puluhan tahun terabaikan di tengah gemerlap Ibu Kota, janji perbaikan dan pengaspalan jalan dapat segera terealisasi. Sebuah jalan beraspal akan menjadi penanda modernitas dan kesehatan yang sesungguhnya di jantung kota metropolitan.


Catatan Tambahan:

Penelusuran menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Jakarta Pusat telah melakukan beberapa upaya di kawasan Karet Tengsin, termasuk normalisasi saluran air di beberapa ruas Jalan Karet Pasar Baru Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa perhatian terhadap infrastruktur di wilayah tersebut meningkat. Kini, yang paling ditunggu warga adalah realisasi proyek pengaspalan untuk mengubah kondisi jalan tanah yang telah mereka hadapi selama puluhan tahun.