Penemuan Mengejutkan: Tembok Bawah Laut Purba Sepanjang 120 Meter Ditemukan di Lepas Pantai Perancis, Berusia 7.000 Tahun
Internasional

Penemuan Mengejutkan: Tembok Bawah Laut Purba Sepanjang 120 Meter Ditemukan di Lepas Pantai Perancis, Berusia 7.000 Tahun

Ile de Sein, Perancis, 14 Desember 2025 — Sebuah penemuan yang mengguncang dunia arkeologi bawah laut terjadi di lepas pantai barat Perancis. Tim penyelam berhasil mengidentifikasi struktur tembok laut purba yang terendam di dasar laut, dengan perkiraan usia mencapai sekitar 7.000 tahun.

Tembok kuno sepanjang 120 meter tersebut ditemukan di perairan dekat Ile de Sein, wilayah Brittany, bersama dengan belasan struktur buatan manusia lainnya dari periode yang sama.

BACA JUGA : Klaim Donald Trump: Thailand dan Kamboja Sepakati Penghentian Pertempuran di Perbatasan

“Ini penemuan yang sangat menarik, membuka prospek baru bagi arkeologi bawah laut, membantu kita lebih memahami bagaimana masyarakat pesisir terorganisasi,” kata Yvan Pailler, profesor arkeologi dari Universitas Brittany Barat, yang turut menulis laporan ilmiah tentang temuan ini.

Berawal dari Peta Laser Geolog Pensiunan

Penemuan monumental ini berawal pada tahun 2017, ketika Yves Fouquet, seorang pensiunan ahli geologi, mengamati bentuk yang tidak biasa pada peta dasar laut yang dihasilkan dari pemindaian laser. Bentuk tersebut mengindikasikan adanya struktur linear yang tersembunyi di kedalaman.

Temuan anomali tersebut kemudian ditindaklanjuti secara serius. Antara tahun 2022 hingga 2024, penyelam profesional dikerahkan untuk menjelajahi situs tersebut secara langsung. Hasil penyelaman mengonfirmasi keberadaan struktur yang terbuat dari balok-balok granit dan masih terjaga dengan baik, meskipun telah lama berada di lingkungan laut yang ekstrem dan penuh tantangan.

“Para arkeolog tidak menyangka akan menemukan struktur yang terawat dengan baik di lingkungan seperti itu,” ujar Fouquet, mengungkapkan kejutan atas temuan tersebut.

Bukti Peradaban yang Mendahului Megalitik

Struktur purba ini diperkirakan berasal dari periode antara 5800 hingga 5300 SM, sebuah masa ketika permukaan laut global masih jauh lebih rendah dibandingkan kondisi saat ini. Tembok tersebut kini berada sekitar sembilan meter di bawah permukaan laut.

Para peneliti, dalam studi yang dipublikasikan di International Journal of Nautical Archaeology, mengajukan dua dugaan fungsi utama struktur ini:

  1. Perangkap Ikan: Struktur mungkin dibangun di tepian pantai atau muara sungai yang kini terendam, berfungsi sebagai jebakan atau perangkap untuk menangkap ikan.
  2. Tembok Pelindung: Struktur ini bisa jadi merupakan tembok pelindung yang dibangun untuk membentengi permukiman dari naiknya permukaan laut secara bertahap.

Lebih menariknya lagi, para ilmuwan menyebut bahwa pembangunan struktur masif ini menunjukkan tingkat keterampilan teknis dan organisasi sosial yang sangat tinggi. Masyarakat purba saat itu sudah mampu mengekstrak, memindahkan, dan mendirikan blok-blok batu yang beratnya mencapai beberapa ton.

Kemampuan teknis ini dinilai sebanding dengan proses yang diperlukan untuk pembangunan megalit Breton—susunan batu besar yang digunakan sebagai monumen seremonial. Bahkan, keahlian yang ditunjukkan dalam pembangunan tembok bawah laut ini diperkirakan mendahului pembangunan megalitik pertama di wilayah tersebut selama beberapa abad, memberikan bukti baru tentang kecanggihan masyarakat pesisir kuno di Eropa.

Penemuan ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang adaptasi dan teknologi maritim yang dimiliki oleh komunitas manusia Neolitikum di wilayah pesisir Eropa Barat.